SELAMAT DATANG

SELAMAT DATANG DI BLOG SAYA SEMOGA ADA YANG BERMANFAAT BAGI ANDA.....TERIMA KASIH...

Kamis, 22 Desember 2011

POC



http://www.imagedum.com/images/323_pupuk_tangan.jpgPada dekade terakhir ini banyak petani mengeluh tentang tingginya harga sarana produksi terutama pupuk kimia, banyak petani yang tidak mampu lagi untuk membeli pupuk kimia, sehingga produksi hasil usaha taninya rendah.
Sebagai alternatif untuk mengatasi masalah tersebut petani memberikan pupuk hijau atau pupuk kandang. Kedua jenis pupuk itu adalah limbah organik yang telah mengalami penghacuran sehingga menjadi tersedia bagi tanaman. Namun limbah organik seperti sisa-sisa tanaman dan limbah ternak tidak bisa langsung diberikan ke tanah, harus dilakukan pengolahan terlebih dahulu.
      Limbah cair urien kelinci sementara ini banyak tidak digunakan oleh para peternak kelinci, padahal urine (kencing ) kelinci yang sudah diolah menjadi pupuk organik cair, tidak hanya bermanfaat untuk pertumbuhan tanaman dan mengembalikan kesuburan lahan, tetapi dapat juga untuk mengurangi biaya yang harus dikeluarkan dalam kegiatan usahatani. Bahkan bila hasilnya dalam jumlah banyak, tidak hanya untuk kebutuhan sendiri, akan tetapi dapat juga dijual untuk menambah pendapatan.
      Berikut ini kami sajikan bagaimana mengolah limbah cair dari air kencing atau urien kelinci yang dapat dibuat untuk bahan baku pupuk organik yaitu sebagai pupuk organik cair.

II. BAHAN DAN ALAT

A. Bahan :
   1. Urin Kelinci : 100 liter
   2. Laos / Lengkuas : 5 kg
   3. Temu ireng : 5 kg
   4. Jahe : 5 kg
   5. Kencur : 5 kg
   6. Kunyit : 5 kg
   7. Daun Sambiloto/Mimbo : 5 kg
   8. Azotobacter : 100 cc
   9. Ruminobacter : 100 cc
 10. Tetes tebu : 2 liter

B. Alat :
   1. Pisau
   2. Alu dan Lumpang
   3. Penggiling daging
   4. Drum Plastik

III. CARA MEMBUATNYA
  1. Semua empon-empon diiris-iris pakai pisau kemudian ditumbuk bersamaan dengan daun sambiloto / mimbo..
  2. Sesudah ditumbuk kemudian digiling lalu disaring (diperas) diambil air perasannya
  3. Masukan urine kelinci dalam drum yang sudah disiapkan.
  4. Masukan air empon-empon, tetes, Fermenter (Azotobacter dan Ruminobacter). Aduk sampai rata kira-kira 3 - 4 jam.
  5. Tutup drum dan Letakan drum di tempat yang terlindung dari sinar matahari dan curah air hujan langsung, diamkan selama 7 hari
  6. Pada hari ke 8 Campuran urine kelinci dibuka dan diputar dengan pompa (aerator) dinaik-turunkan lewat selang minimal setinggi 4 m selama 6 - 7 jam ( Pemutaran ini dimaksudkan untuk menguapkan amoniak yang bersifat racun bagi tanaman dan untuk mengurangi bau )
  7. Campuran air kencing kelinci sudah jadi dan dapat digunakan untuk pupuk organik cair.
IV. CARA PENGGUNAAN PUPUK ORGANIK CAIR URINE KELINCI PLUS

       250 ml pupuk organik cair urien kelinci plus dicampur dengan 14 liter air
bersih, dan semprotkan pada seluruh bagian tanaman. Selain dapat memperbaiki struktur tanah, pupuk organik cair urin kelinci Plus bermanfaat juga untuk pertumbuhan tanaman, herbisida pra tumbuh dan sekaligus dapat mengendalikan serangan hama penyakit. Mengusir hama tikus, walang sangit dan serangga kecil pengganggu lainnya.
Tetap Action.....

kompos


Kompos merupakan hasil fermentasi atau dekomposisi dari bahan-bahan organik seperti tanaman, hewan, atau limbah organik lainnya. Kompos yang digunakan sebagai pupuk disebut pupuk organik karena penyusunnya terdiri dari bahan-bahan organik.

Berikut ini adalah proses pembuatan kompos dengan menggunakan cara yang praktis:

Bahan yang diperlukan:
Bahan organik sisa-sisa pertanian, misal: jerami, tongkol batang jagung, rumput dan kotoran ternak yang telah dibasahi.


Cara membuat kompos:
  1. Potong-potong bahan organik diatas (kecuali kotoran ternak) sehingga berukuran kecil
  2. Setelah itu, tumpuk dan taruh rumput di bagian atas. Buat tumpukan setebal 15 cm
  3. Taruh kotoran ternak yang telah dibasahi pada bagian paling atas tumpukan
  4. Lakukan menggunakan cara yang sama sampai semua bahan habis.
  5. Tumpuk semuanya sampai mencapai ketinggian maksimal 1,2 m
  6. Jaga kelembaban dalam tumpukan bahan agar tetap lembab dan tidak becek
  7. Apabila pengomposan berlangsung baik, pada minggu ke 3-4 akan terjadi kenaikan suhu. Gunakan tongkat kayu untuk mengetahui telah terjadi kenaikan suhu dengan cara menusukkan tongkat kayu tersebut ke dalam tumpukan kompos kemudian tarik dan lihat ujung tongkatnya, apakah sudah terasa lembab dan hangat. Bila iya, berarti proses pengomposan berjalan dengan normal dan baik. Jika ujung tongkat terasa kering, segera siramkan air ke dalam kompos. Bila ujung tongkat terasa dingin, berarti pengomposan gagal dan harus diulang kembali pembuatannya dari awal.
  8. Setelah terjadi kenaikan suhu, maka suhu akan mengalami penurunan. Pada saat inilah tumpukan kompos harus dibalik.
  9. Sebulan setelah terjadi penurunan suhu dan kompos telah dibalik, maka kompos telah jadi dan siap dipakai

Selasa, 20 Desember 2011

Perbanyakan tanaman secara in vitro


PERBANYAKAN TANAMAN SECARA IN VITRO

            Kultur jaringan atau budidaya in vitro adalah suatu metode untuk mengisolasi bagian dari tanaman seperti  protoplasma, sel, jaringan atau organ serta menumbuhkannya pada media nutrisi yang mengandung zat pengatur tumbuh tanaman di dalam kondisi yang steril, sehingga bagian – bagian tersebut bias memperbanyak diri dan beregenerasi menjadi tanaman lengkap / sempurna. Prinsip utama dari teknik kultur jaringan adalah perbanyakan tanaman dengan menggunakan bagian vegetatif tanaman dengan menggunakan media buatan yang dilakukan di tempat steril.

Kultur jaringan atau biakan jaringan sering disebut kultur in vitro yakni teknik pemeliharaan jaringan atau bagian dari individu secara buatan yang dilakukan di luar individu yang bersangkutan. In vitro berasal dari bahasa latin yang artinya di dalam kaca. Jadi kultur in vitro dapat diartikan sebagai bagian jaringan yang dibiakkan di dalam tabung inkubasi atau cawan petri dari kaca atau material tembus pandang lainnya. Secara teori teknik kultur jaringan dapat dilakukan untuk semua jaringan, baik dari tumbuhan, hewan, bahkan juga manusia karena berdasarkan teori Totipotensi sel (Total Genetic Potensial), bahwa setiap sel memiliki potensi genetic seperti zigot yaitu mampu memperbanyak diri dan berediferensiasi menjadi tanaman lengkap.

Kultur jaringan mempunyai beberapa keunggulan antara lain adalah :
1.    Bibit yang di hasilkan mempunyai sifat yang identik dengan induknya
2.    Pengadaan bibit tidak tergantung musim
3.    Bibit dapat diproduksi dalam jumlah banyak dengan waktu yang relative lebih cepat
4.    Bibit yang di hasilkan seragam
5.    Kesehatan dan mutu bibit lebih terjamin
6.    Kecepatan tumbuh bibit lebih cepat dibanding dengan perbanyakan konvensional



Faktor – faktor yang mempengaruhi proses perbanyakan tanaman dengan metode kultur jaringan yaitu :
1.     Eksplan (Bagian tanaman)
Eksplan adalah bagian tanaman yang dipergunakan sebagai bahan awal untuk perbanyakan. Factor eksplan yang penting adalah Genotipe / varietas. Bagian tanaman yang dapat digunakan sebagai eksplan untuk perbanyakan tanaman dengan Metode kultur jaringan (in vitro) adalah :
-       Kultur Biji : kultur yang bahan tanamnya menggunakan biji
-       Kultur organ : merupakan budidaya yang bahan tanamnya menggunakan organ seperti : ujung akar, pucuk aksilar, tangkai daun, helaian daun, bunga, buah muda, inflorescentia, buku batang, akar, dll.
-       Kultur kalus : merupakan kultur yang menggunakan jaringan (sekumpulan sel) biasanya berupa jaringan parenkim sebagai bahan eksplantnya.
-       Kultur suspense sel : kultur yang menggunakan media cair dengan pengocokan yang terus menerus menggunakan shaker dan menggunakan sel atau agregat sel sebagai bahan eksplannya, biasanya eksplan yang digunakan berupa kalus atau jaringan meristem.
-       Kultur protoplasma : eksplan yang digunakan adalah sel yang telah dilepas bagian dinding selnya menggunakan bantuan enzim. Protoplas diletakkan pada media padat dibiarkan agar membelah diri dan membentuk dinding selnya kembali. Kultur protoplas biasanya untuk keperluan hibridisasi somatic atau fusi sel soma (fusi 2 protoplas baik itraspesifik maupun interspesifik).
-       Kultur haploid : kultur yang berasal dari bagian reproduktif tanaman yakni : kepala sari / anther (kultur anther/kultur mikrospora), tepung sari/pollen (kultur pollen), ovule (kultur ovule), sehingga dapat dihasilkan tanaman haploid.
2.     Media tumbuh
Media tumbuh merupakan factor utama dalam perbanyakan dengan kultur jaringan. Keberhasilan perbanyakan dan perkembanganbiakan tanaman dengan metode kultur jaringan secara umum sangat tergantung pada jenis media. Media tumbuh pada kuljar sangat besar pengaruhnya terhadap pertumbuhan dan perkembangan eksplan serta bibit yang dihasilkan. Oleh karena itu macam – macam media kultur jaringan telah ditemukan sehingga jumlahnya cukup banyak. Media tumbuh eksplan berisi kualitatif komponen bahan kimia yang hampir sama, hanya agak berbeda dalam besarnya kadar untuk tiap – tiap persenyawaan.
Formulasi media kultur jaringan pertama kali dibuat berdasarkan komposisi larutan yang digunakan untuk hidroponik, khususnya komposisi unsur – unsur makronya. Unsur – unsur hara diberikan dalam bentuk garam – garam anorganik. Komposisi media dan perkembangan formulasinya didasarkan pada jenis jaringan, organ dan tanaman yang digunakan serta pendekatan dari masing – masing peneliti. Beberapa jenis sensitive terhadap konsentrasi senyawa makro tinggi atau membutuhkan zat pengatur tertentu untuk pertumbuhannya.
Macam – macam media kultur jaringan :
-       Media Murashige & Skoog (MS)
Media MS paling banyak digunakan untuk berbagai tujuan kultur, merupakan perbaikan komposisi media skoog, pertama kali unsur – unsur makro dalam media MS dibuat untuk kultur kalus tembakau, tetapi komposisi MS ini sudah umum digunakan untuk kultur jaringan jenis tanaman lain
-       Media Gamborg B5 (Media B5)
Pertama kali dikembangkan untuk kultur kalus kedelai dengan konsentrasi nitrat dan ammonium lebih rendah dibanding media MS. Untuk selanjutnya media B5 dikembangkan untuk kultur kalus dan suspensi, serta sangat baik sebagai media dasar untuk meregenerasi seluruh bagian tanaman.
-       Media Schenk & Hildebrant (SH)
Merupakan media yang juga cukup terkenal, untuk kultur tanaman monokotil dan dikotil. Konsentrasi ion – ion dalam komposisi media SH sangat mirip dengan komposisi pada media Gamborg dengan perbedaan kecil yaitu level Ca2+, Mg2+, dan PO4-3 yang lebih tinggi. Schenk & Hildebrant mempelajari pertumbuhan jaringan dari 37 jenis tanaman dalam media  SH dan mendapatkan bahwa 32 % dari spesies yang dicobakan tumbuh dengan sangat baik , 19 % baik, 30 % sedang, 14 % kurang baik, dan 5 % buruk pertumbuhannay. Tetapi karena zat tumbuh yang diberikan pada tiap jenis tanamantersebut berbeda. Media SH ini cukup luas penggunaannya terutama untuk tanaman legume.
-       Media WPM (Woody Plant Medium)
Dikembangkan oleh Lioyd & Mc Coen pada tahun 1981, merupakan media dengan konsentrasi ion yang lebih rendah dari media MS. Media diperuntukkan khusus tanaman berkayu dan dikembangkan oleh ahli lain tetapi sulfat yang digunakan lebih tinggi dari sulfat pada media WPM. Saat ini WPM banyak digunakan untuk perbanyakan tanaman hias berperawakan perdu dan pohon
-       Media Nitsch & Nitsch
Menggunakan NO3- dan K+ dengan kadar yang cukup tinggi untuk mengkulturkan jaringan tanaman artchoke jarussalem. Penambahan ammonium khlorida sebanyak 0.1 mM, menghasilkan pertumbuhan jaringan yang menurun. Mereka mengambil kesimpulan bahwa NH4+ sangat menunjang pertumbuhan kalus tembakau.
-       Media Knop
Dapat juga digunakan untuk menumbuhkan kalus wortel. Kultur kalus biasanya ditumbuhkan pada media dengan konsentrasi garam – garam yang rendah seperti dalam kultur akar dengan penambahan suplemen seperti glucose, gelatine, thiamine, cysteine-HCl dan IAA.
-       Media White
Dikembangkan oleh Hildebrant untuk keperluan kultur jaringa tumor bunga matahari, ditemukan bahwa unsur makro yang dibutuhkan kultur tersebut lebih tinggi dari pada yang dibutuhkan oleh kultur tembakau. Unsur F, Ca, Hg, dan S pada media untuk tumor bunga matahari ini sama dengan media untuk kultur jaringan normal yang dikembangkan kemudian. Konsentrasi NO3- dan K+ yang digunakan Hildebrant ini lebih tinggi dari media White tetapi lebih rendah dari pada media – media lain yang umum digunakan sekarang.
-       Media Knudson dan Media Vacin and Went
Media ini dikembangkan khusus untuk media kultur anggrek. Tanaman yang ditanam di kebun dapat tumbuh dengan baik dengan pemupukan yang hanya mengandung N dari Nitrat

3.     Lingkungan tumbuh
Lingkungan tumbuh yang dapat mempengaruhi regenerasi tanaman meliputi pH, Temperatur, Panjang penyinaran, intensitas penyinaran, kualitas sinar dan ukuran wadah kultur
Tahapan yang dilakukan dalam perbanyakan tanaman dengan teknik kultur jaringan adalah :
1.     Pembuatan media
Media merupakan factor penentu dalam perbanyakan dengan kultur jaringan. Komposisi media yang digunakan tergantung dengan jenis yang akan diperbanyak. Media yang digunakan biasanya terdiri dari garam mineral, vitamin dan hormon. Selain itu diperlukan juga bahan tambahan seperti agar, gula, dan lain – lain. Zat pengatur tumbuh (hormon) yang ditambahkan juga bervariasi, baik jenisnya maupun jumlahnya, tergantung dengan tujuan dari kultur jaringanyang dilakuakan. Media yang sudah jadi ditempatkan pada tabung reaksi atau botol – botol kaca. Media yang digunakan juga harus disterilkan dengan cara memanaskan dengan autoklaf.
2.     Inisiasi
Inisiasi adalah pengambilan eksplan dari bagian tanaman yang akan dikulturkan. Bagian tanaman yang sering digunakan untuk kegiatan kultur jaringan adalah tunas
3.     Sterilisasi
Sterilisasi adalah bahwa segala kegiatan dalam kultur jaringanharus dilakukan di tempat yang steril yaitu di laminar flow dan menggunakan alat – alat yang juga steril. Sterilisasi juga dilakukan terhadap peralatan, yaitu menggunakan etanol yang disemprotkan secara merata pada peralatan yang digunakan, teknisi yang melakuakan juga harus steril.
4.     Multiplikasi
Multiplikasi adalah kegiatan memperbanyak calon tanaman dengan menanam eksplan pada media. Kegiatan ini dilakukan di laminar flow untuk menghindari adanya kontaminasi yang menyebabkan gagalnya pertumbuhan eksplan. Tabung reaksi yang telah ditanami eksplan diletakkan pada rak – rak dan ditempatkan di tempat yang steril denga suhu kamar.

5.     Pengakaran
Pengakaran adalah fase dimana eksplan akan menunjukkan adanya pertumbuhan akar yang menandai bahwa proses kultur jaringan yang dilakukan berjalan dengan baik. Pengamatan dilakukan setiap hari untuk melihat pertumbuhan dan perkembangan akar serta untuk melihat adanya kontaminasi oleh bakteri ataupun jamur. Eksplan yang terkontaminasi akan menunjukkan gejala seperti berwarna putih atau biru (disebabkan jamur) atau busuk (disebabkan bakteri).
6.     Aklimatisasi
Aklimatisasi adalah kegiatan memindahkan eksplan dari ruang aseptic ke bedeng (lapang). Pemindahan dilakuakan secara hati – hati dan bertahap yaitu dengan memberi sungkup. Sungkup digunakan untuk melindungi bibit dari udara luar dan serangan hama penyakit karena bibit hasil kultur jaringan sangat rentan terhadap serangan hama penyakit dan udara luar. Setelah bibit mampu beradaptasi dengan lingkungan barunya maka secara bertahap sungkup dilepaskan dan pemeliharaan bibit dilakukan dengan cara yang sama dengan pemeliharaan bibit generatif.